Selamat Datang di Kawasan Penyair Seribu Sungai Terima Kasih Kunjungan Anda

Kamis, 12 Januari 2012

KEHIDUPAN MENJADI SEMPURNA DENGAN SASTRA (Pengukuhan Komunitas Sastra (KSI) Batola)

Oleh: HE. Benyamine

Sastra mampu menggambarkan peristiwa dengan sempurna, menjadi sempurna, dan menyentuh diri secara sempurna. Melalui sastra, kehidupan ini lebih dapat dinikmati dengan menghadirkan pemaknaan yang mengarah pada penemuan hikmah pada setiap peristiwanya. Berbicara tentang sastra, begitulah bupati Kabupaten Barito Kuala, H. Hasanuddin Murad, SH., pada acara pengukuhan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Cabang Barito Kuala dan Pagelaran Sastra (26 Desember 2011: 20.00) di Panggung Terbuka yang menghadap sungai Barito.Selengkapnya klik disini...

Kegilaannya Arsyad Indradi

Oleh : Sainul Hermawan

ARSYAD INDRADI sudah setua provinsi ini. Di ulang tahunnya yang ke-57, dia mempersembahkan antologi puisi penyair nusantara 142 Penyair Menuju Bulan untuk dirinya sendiri dan juga mempersembahkannya untuk kota Banjarbaru, saat itu berulang tahun yang ke-7. Penyair yang konon tak pernah dikenal di jagat sastra nasional (setidaknya demikianlah pengakuannya sendiri pada suatu ketika), tiba-tiba membuat publik penyair di tanah air bertanya tentang siapa dirinya, saat dia mengundang mereka untuk mengirimkan puisi yang akan dihimpunnya dalam antologi itu. Antologi setebal 728 halaman yang dicetaknya sendiri, dengan biaya sendiri, diedarkan sendiri, secara gratis. Dalam kesederhanaan hidupnya, tindakan itu jelas nekad. Selengkapnya Klik disini.

Hanya untuk mengingatkan

oleh : Pangeran Hidayatullah AW

Hanya untuk mengingatkan , Datu-datu kita kd katuju lawan batubara, perang banjar yg dimulai tahun 1859 pertama-tama menyerang terlebih dahulu tambang batubara terbesar saat itu dipengaron....
penyerangan diperintahkan Sultan Hidayatullah, sebelumnya sidin menjabat Mangkubumi...

Dilatar belakangi situasi wilayah kesultanan Banjar yang semakin memburuk sehingga menyulitkan pemerintah Hindia Belanda sendiri, akhirnya Belanda merubah sikapnya untuk meredam gejolak yang timbul atas pengangkatan Pangeran Tamjid sebagai calon Sultan berikutnya, maka Hindia Belanda mengangkat Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi pada 9 Oktober 1856/9 Safar 1273 H. Dalam surat pengangkatannya tertulis sebagai berikut:
“ Hadjrat Annabi Salalahu alaihi wassalam seribu dua ratus tudjuh poeloeh tiga pada kesembilan hari boelan Sjafar kepada hari Chamis djam poekoel sepoeloeh pagi-pagi.

Mendjadi hadjrat Almasih kesembilan hari boelan Oktober tahoen seriboe delapan ratoes lima poeloeh enam maka desawa itoelah sahaja Pangeran Hidayat Allah jang dengan permintaan Sri Padoeka Toean Sultan Adam Al Wasik Billah yang mempoenyai tahta keradjaan Bandjarmasin beserta moefakatan dengan Sri Padoeka Toean van de Graaf Residen Bandjarmasin jang memegang koesa atas tanah sebelah selatan dan timoer poelaoe Borneo soedah terima oleh Sri Paduka Jang Dipertoen Besar Gurnadoer Djenderal dari tanah Hindia Niderland jang bersemajang di Betawi.

Mendjadi Mangkoeboemi di Keradjaan Bandjarmasin bepersembahan soerat persoempahan ini dichadirat Goebermin Hindia Nederland pada menjatakan:
Ha Mim Allah wal Rasoel ”

Surat pengangkatan itu dilanjutkan dengan sumpah kesetiaan kepada Sultan, Sri Paduka Tuan Sultan Banjarmasin, dan kesetiaan kepada Goebernemin Hindia Nederland.

Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi dilakukan oleh Belanda setelah sebelumnya Belanda dengan licin menekan Sultan Adam menandatangani persetujuan pemberian konsesi tambang batu bara kepada Belanda 30 April 1856. Pangeran Hidayat menyadari bahaya pemberian konsesi pertambangan batu bara ini, tetapi dia tak berdaya menghadapinya apalagi setelah Belanda menempatkan serdadunya di pusat-pusat tambang batu bara mereka...

Tarusakan perjuangan Datu-datu kita ...